CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 03 Juni 2012

Senyum bareng matahari yuuuuk :)


Tatkala fajar menyingsing, sinar kehidupan mulai nampak menyinari semesta…
Matahari, memberikan cahyanya untuk menghangatkan bumi beserta isinya...
Tanpa memandang, siapa? Matahari memberikan sinarnya untuk kehidupan…
Tak peduli, apakah yang menerima sinarnya adalah yang membenci atau memujinya…
Tak pernah menuntut balas, tak pernah memilih, dan memberikan manfaatnya bagi semua…
Subhanallah, bayangkan andai matahari tak lagi bersinar, bagaimana keadaan bumi, dan kehidupan makhluk seisinya…
Sahabatku, janganlah kau berputus asa, laluilah masamu dengan ceria, meski pernak perniknya hadir menghiasi nyata…
Jangan pernah ragu, selama malam masih bersambut pagi, esok hari menantimu dengan harapan baru, menunggumu berjuang, dan menjadi saksi kesuksesanmu…

Sinarnya yang khas membuat kita terpesona dan belajar mengenai banyak hal, dengan pijar cintanya, matahari…
Sahabatku, sinarnya begitu indah meski jaraknya begitu tinggi, puji syukur kehadirat illahi rabbi…
Tetapi matahari selalu bersahabat, meski letaknya tinggi, dia tetap mau memberikan manfaat bagi bumi…
Membantu dengan cahyanya, menjadi pelita, menerangi dan menebar cinta pada bumi…
Sahabatku, kita mendapatkan keilmuan dari matahari yang letaknya tinggi…
Kelak jika dirimu berada diatas, mencapai kesuksesan, tercapai semua asa yang yang inginkan, jangan pernah lupa akan yang di bawah…
Merendahlah, janganlah menjadi sombong karena apa yang telah kau raih, percayalah kau akan semakin tinggi ketika kau senantiasa merendah…

Sahabatku, kau jiwa yang baik, berhak untuk bahagia dan memberikan kebahagiaan…
Tersenyumlah, seperti matahari yang ikhlas memberikan manfaatnya, tanpa menuntut, tanpa berharap lebih, dan menanti balasan…
Matahari mengajarkan kita untuk tidak berlaku dzalim terhadap diri sendiri, meski matahari memberikan cahyanya pada semesta, tapi ia berlaku adil dan tetap memberikan cahyanya untuk dirinya sendiri…
Ketika lilin sebagai lentera memberikan pelita untuk orang lain dan melelehkan dirinya untuk orang-orang yang ia cintai, itu luar biasa, rela berkorban untuk orang-orang yang ia sayangi…
Tapi…
Ketika sahabat menjadi matahari, nampak lebih indah dan mengindahkan nyatanya…
Sebab matahari tak hanya memberikan cahya bagi orang lain, tapi juga tidak dzalim terhadap diri sendiri…
Karena matahari pun turut menyinari dirinya tanpa terlupa dan harus tersakiti, kita semua berhak untuk bahagia sahabatku…

tanah pekat tak berarti tak hebat, apalagi kita sahabat :)


Sahabat hebat, yuk kita belajar dari tanah…

Sahabat, Tanah itu netral. Tidak asam juga basa. Tanah tidak  berpihak pada siapa-siapa, dia bersikap netral dalam perkara. Subhanallah yaa, dalam kehidupan pasti terdapat pro kontra dalam berpandangan pada kenyataan, dimana tidak jarang juga menjadi sebuah perkara dan kita menjadi pihak terlibat, tapi itulah hidup, nikmati, dan jalani. Kita belajar dari tanah untuk bersikap netral, kita hindari hal-hal yang bisa memperkeruh suasana, dengan kenetralan kita dapat melihat paradigma yang berbeda, mengatasi masalah dengan cara yang bijak dan bermanfaat.

Tanah itu dingin. Kita bisa belajar dari tanah, untuk tetap berfikir positif, dan berpikiran dingin ketika dihadapkan dalam suatu personalan, ketika kita menghadapinya dengan tergesa, tak ahyal membuat permasalahan baru, tapi tanah mengajarkan kita untuk tetap stay cool and calm ketika menghadapi kenyataan gak sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan tetap semangat sebagai pijakan yang memberikan kemanfaatannya untuk banyak hal.

Tanah itu kokoh. Sobat, diri kita itu istimewa, dengan anugerah yang luar biasa diberikan Tuhan untuk kita miliki. Memang tak ada manusia yang sempurna, tapi manusia sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dengan kelebihan disbanding yang lainnya, sudah sepatutnya kita bersyukur atas anugerah terindah yang kita dapatkan, kita bisa lebih bijak menghadapi kehidupan ini, ketidak sempurnaan bukanlah penghalang untuk berprestasi dan memberikan yang terbaik, kita belajar dari sifat tanah yang kokoh, berprinsip. Dengan prinsip kita mempunyai tolok ukur dimana dengan itu kitadapat membentengi diri, dan mengoptimalkan keunikan yang kita miliki, manusia bijak ialah dia yang bisa memanfaatkan kekurangannya menjadi kelebihan untuk berprestasi, bermanfaat, dan senantiasa bersyukur.

Menyerap dan memadamkan. Masalah, proses, dan kehidupan. Kecewa, marah, tangisan. Bahagia, tawa, senyuman. Itulah sahabat dari hidup. Ketika kita dihadapkan pada hal yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, tahan dirimu dulu sobat, amarah tak akan menyelesaikan masalah. Kita sama-sama belajar dari tanah, untuk menyerap dan memadamkan, tanah memiliki sifa t yang menyerap air, dan menyalurkan manfaatnya untuk banyak hal, begitupun dengan sifatnya yang memadamkan, ketika terjadi percikan api, tanah mengikat oksigen dan mengunci udara, sehingga perlahan api tersebut padam. Dalam hidup pun demikian sobat, ketika problema menyapa kehidupan kita, lihat dan hayati, terimalah dengan ikhlas, dan optimislah untuk melewati, di dalam perenungan yang kita lakukan, akan banyak sekali keilmuan yang membuat kita lebih tegar berpijak pada hidup dan menjalani kehidupan.

Tanah tahan panas. Pusing, BT, gak asik, terkadang sering kita hadapi.dari tanah kita belajar untuk tidak mudah terbawa suasana, apapun dihadapi dengan kepala dingin dan lapang dada. Ujian mengajarkan kita untuk lebih tegar dan semakin dewasa menghadapi kehidupan, tidak ada yang sia-sia dari sebuah proses, yang sia-sia adalah ketika kita merasa acuh dalam proses dan pasrah terhadap ujian yang kita hadapi, manusia yang hebat tidak hanya dihadapkan dengan sekali uji, jadi tetap semangat dn nikmatilah proses kehidupanmu.

Media pengolahan yang baik. Menerima dan mengolah kritik dan saran dari orang lain. Itu adalah salah satu kunci kesuksesan, ketika kita mau mengahargai pendapat orang lain dan memandangnya sebagai tanda kasih sayang mereka terhadap kita, kalaupun tidak sesuai dengan pemikiran kita, tetap hargai pendapat mereka, dan tunjukan dengan proses bahwa pemikiranmu juga patut dipertimbangkan tanpa harus menyakiti pendapat lain dan tetap menghargai perbedaan.

Yang berasal dari tanah kembali ke tanah. Tidak ada yang abadi sob, selalu berusahalah memperbaiki diri dalam tiap waktu dan kesempatan yang masih dipercayakan Tuhan.  Dan tetaplah menjadi dirimu apa adanya, tetaplah merendah, jangan terjebak dalam kebanggaan terlebih dalam diri, ingat sesuatu yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah, dan tetap semangat mengoptimalkan yang masih dipercayakan Tuhan.

Yuk belajar dari udara :)


Sobat, pernah tidak merasa dikucilkan atau tidak dianggap dari lingkungan dimana kita berada? Sedangkan kita berfikir apa yang salah dari diri, haruskah diam atau melawan untuk menunjukan bahwa kita ada di tengah-tengah mereka?

Udara memberikan kesejukan tanpa membeda, kepada siapa dan untuk apa udara memberikannya, semua dibagi sama rata. Luar biasa, ketika kita memahaminya. Apakah udara terlihat? Tidak, namun udara dapat kita rasakan, dan manfaatnyalah yang kemudian terlihat.

udara, memberikan kesejukan tanpa membeda, meski tak terlihat, atau bahkan terabaikan oleh kita. Sebab jarang sekali orang-orang yang peduli, atau setidaknya memahami barang sejenak tentang sekelilingnya, sekelilingnya yang sebenarnya setiap hari, setiap menit, atau bahkan detik dijumpai. Mengapa? Sebab terkadang kita terlalu focus pada diri sendiri dan hasil, namun tidak kepada sekeliling dan lainnya. Alasannya? Mereka juga tidak peduli sm kita, mereka juga punya kesibukan sendiri, atau intinya kita tidak pernah terlihat.

Terharu, jelas terasa. Ketika kebanyakan diri kita enggan memperhatikan sekeliling, tidak mau peduli, dan banyak alasan lainnya yang menjadi dasar. Bagaimana jika udara pun demikian? Aku tidak kau lihat, bahkan memahamiku pun kau segan, kalau begitu aku enggan memberikan udaraku pada kalian. Apa jadinya kita bila demikian sobat?

sobat, terkadang dalam kehidupan tidak semua realita akan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam celah antara hidup dan kehidupan ada yang perlu kita pahami, mengerti, dan pelajari. Jangan pernah lelah untuk mendengar meski tak selalu di dengar, jangan pernah lelah menatap meski tak selalu ditatap, jangan pernah lelah memahami meski tak selalu dipahami.

sobat, dalam mendengar, menatap, dan memahami, kita akan mendapat banyak manfaat yang tak didapatkan orang lain yang tidak melakukannya. Manfaat yang membuat kita semakin bersyukur, semakin bersemangat menatap masa depan, semakin bahagia berurai senyum dan membagikannya pada sekeliling, dan banyak hal lainnya yang tidak didapat orang lain yang tidak melakukannya.

sobat, yuk kita belajar dari udara. Seorang pejuang yang ingin meraih kesuksesan tidaklah berharap riuh tepuk tangan menyambutnya, ataupun pujian yang menyapanya, seorang pejuang sukses adalah ketika dia terus berjuang meski tak satupun orang melihatnya, tapi dia terus berproses hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak, dan bukanlah pujian atau tepuk tangan riuh yang ingin didapatkannya setelah itu, melainkan senyum tulus dari orang-orang yang menemukan kebahagiaannya, tanpa harus melihat dirinya, sebab kita hanyalah perantara yang diberikan amanah oleh Allah, sobat. Jadi, kita belajar sama-sama dari udara, untuk memberi tanpa membeda.

Kita bisa!!!

Hujan membawa pesan allah untuk kita :)


Hujan ternyata penuh inspirasi dan motivasi. Subhanallah...

Dalam hidup, semua asa, mimpi, dan cita kita memanglah tak selalu sama dengan yang kita harapkan, namun perbedaan itu bukanlah alasan kita untuk berhenti apalagi mundur tanpa tindakan dan motivasi...

Hujan... Rintiknya akhir-akhir ini sering menghiasi bumi, dengan rinainya yang menuai nada, berjuta rasa hadir dalam balutan hujan. Ada yang menikmati, berdiam diri, ataupun berkeluh kesah tatkala bulirnya menghampiri turun menghiasi semesta. Ada berjuta imajinasi yang tertuai melalui rintiknya, takut, gelisah, sedih, marah, dan sebagainya...

Hmmm... Hujan itu ibarat kehidupan dan warna warninya, secara tidak sadar ataupun disadari, banyak pelajaran berharga yang terlahir dari hujan. Hujan yang terkadang disertai dengan guntur, angin kencang, bahkan badai, ibarat sisi kehidupan dengan sahabatnya, terkadang dalam hidup kita menjumpai banyak sahabat, ada senyum, air mata, tawa, dan lainnya. Begitupun dengan hujan, yang bersahabat dengan fenomena alam yang menyertainya, tapi hujan mengajarkan kita untuk menerima, namun tetap memberikan manfaat melewati sebab ia tercipta, salah satunya menjadi salah satu fungsi penting struktur kehidupan, yakni air.

Kita bisa belajar dari hujan, untuk belajar bersyukur, dan tetap memberikan arti dimanapun ia menjatuhkan rintik airnya, di sungai, gunung, genteng, sawah, bahkan di comberan sekalipun, ia tidak pernah berkeluh kesah, sekalipun jatuh di tempat yang bersih ataupun kotor, namun lewat terciptanya ia mengisyaratkan dimanapun dan kapanpun, semua memiliki manfaat, dan dari sisi terkecil, banyak perubahan besar yang bisa dilakukan, selama kita terus berjuang dan pantang putus asa menghadapinya.

Ketika rintiknya menghiasi alam, saat disisi lainnya banyak keluhan, kecewa, atau bahkan marah, cobalah sejenak melihat sekitar, banyak dari kita yang justru menikmatinya, menjadikan ladang untuk menjemput rizkinya, menjajakan payung, menjajakan makanan,dsb, bahkan banyak tubuh2 kecil yang ikut andil dengan nampak gemetar kedinginan, namun suaranya terdengar lantang, dan tetap semangat, melihatkan senyumnya, di balik lukisan hujan.

Hujan memotivasi untuk menghargai waktu, menuai semangat penuh untuk menghadapi masa, karena hujan pun tak selamanya, pasti ada masa dimana ia berhenti dan kehidupan menjadi normal kembali, seperti hidup, uji, dan perjuangan.
Semua masa memiliki waktu, tidak ada yang abadi, selama malam masih diliputi pagi. selama matahari kembali bersinar menghiasi bumi, terdapat banyak hikmah yang dapat kita petik dari kehidupan. Janganlah kita berputus asa, sebab semua memiliki masa, menuai cerita bagi hidupmu, bukankan pengalaman menjadi guru terbaik? untuk dirimu, dan bisa kau bagi untuk yang lainnya jua. Tetaplah semangat, menghadapi warna warni kehidupan.

Bersabarlah, berjuanglah, banyak hikmah yang bisa kau petik, belajarlah jua dari damainya hujan tatkala rintiknya menjadi nada yang indah, bak dendangan alam, yang menghiburmu, menghibur kita, sejenak menciptakan damai, dan menentukan langkah bijak untuk berjalan bersama waktu.

Belajar dari hujan :)
Maha Benar Allah yang telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaranNya di balik segala sesuatu ciptaanNya…
Salam semangat untuk semua, kita BISA!!!^^

Cinta dan ukhuwah

CINTA mungkin sesuatu, tapi sesuatu bukan cinta...
Saat kita terluka bukan cinta yang menegarkan dan membuat kita kuat, tapi selalu ada cinta allah yang sanggup mengobati luka yang kita rasa...
Ketika segalanya yang nampak bukanlah sesuatu hal yang kita inginkan kita belajar untuk dewasa, mengikhlaskan yang terjadi, membuka celah maaf, dan lebih memahami arti sebuah ukhuwah...
Bukan aku, bukan kamu, tapi kita, semua sama-sama menelaah arti hidup dan kehidupan untuk mengukir sejarah...
Ukhuwah memamng tak selalu indah, tapi terdapat keindahan dalam ukhuwah, ketika kita bersandar akan segalanya kepada allah sang pencipta...
Banyak hal baru yang kita temui, bagai sebuah pelayaran besar yang harus berjuang menjaga kekokohan kapal untuk menerjang samudra dan segala tantangannya...
Itulah Cinta, itulah ukhuwah yang bersandar padaNya...
Semoga semua kokoh terjaga hingga jannahNya...
Dalam basuhan maaf dan sayangku karenaNya...


Minggu, 01 April 2012

inilah aku dan keakuanku


Rasa hormat dan bangga padamu..
kekaguman yang kupendam tak inginku merusak azzam...
Sosok yang luar biasa dengan seribu diam yang tersirat...

paras penuh wibawa yang selalu tampak...
Sosok yang luar biasa dengan kerendahan hati yang terjaga…
paras penuh wibawa dan ketegasan dalam kesehariannya…

Dengan ikrar ku tepis rasa yang belumlah saatnya, tak ingin merusak azzam yang melatari perjumpaan yang belumlah saatnya...

Banyak nasihat terlontar yang kau sematkan, tentang kehidupan, tentang perjuangan, dan kecintaan kepada rabb sang pecinta...
Pernahkah kau terfikir membenciku?
Andaikan adanya nasihatmu yang teracuhkan bahkan terabaikan olehku...
Terlukakah hatimu?
Diantara kekaguman yang tersembunyi, aku tak ingin menjadi salah dalam arti...

Ketika diamku berbicara, bukan karena aku marah atau membencimu...
Sungguh aku berusaha menghormatimu, tak inginku menyisakan sebuah rasa yang belumlah saatnya...
inilah aku, yang sulit mengekspresikan isi hati, hanya bahasa diam dan senyum yang mungkin tersemai dalam hari...

Namun entahlah semua larut dalam diam, ketika kurasakan ganjalan yang berbeda dalam tiap pertemuan menjadi keakuan, bahkan tercermin bagaikan bongkahan es yang begitu kaku dalam perjumpaan...
Aku tak mengerti, dimanakah letak salahku, sungguh aku hanya ingin menjagamu ketika semua belumlah waktunya...
Aku memang tak tau dan tak pernah tahu, ketika balok kecil kebekuan itu mulai menumpuk tinggi seakan menjadi dinding pembatas ukhuwah yang begitu sulit dijangkau...

Ku haturkan dalam sopan, maafkan jika saya memiliki kesalahan kepadamu...

Aku bukanlah muslimah sempurna, aku berusaha untuk terus belajar menjadi lebih baik ditiap waktunya. Tak ada yang dapat kusampaikan selain do'aku kepada Rabb untukmu...
Agar Allah selalu menjagamu, melembutkan hatimu, meridhai langkah dan perjuanganmu, mempermudah segala urusanmu, mengistiqomahkan keislamanmu, dan mengikat tali persaudaraan kita hingga syurgaNya...




Jumat, 16 Maret 2012

Closing Dong Yi (Versi Kawanimut).wmv

Dalam Mihrab Cinta (Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/www.d...

Ketika Cinta(Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/www.desainka...

Maharku Untukmu (Alief)(Kawanimut Original ArtWork by Danang Kawantoro/w...

Fika feat Edcoustic - 7 Surga

i want to spend my lifetime to loving you

Now There I See You... (Kawanimut Original Artwork by Danang Kawantoro).wmv

Mestica feat Munif - Puteriku Sayang



Lembut mu tak bererti kau mudah dijual beli
Kau mampu menyaingi lelaki dalam berbakti
Lembut bukan hiasan bukan jua kebanggaan
Tapi kau sayap kiri pada suami yang sejati

Disebalik bersih wajah mu disebalik tabir diri mu
Ada rahsia agung tersembunyi dalam diri
Itulah sekeping hati yang takut pada ilahi
Berpegang pada janji mengabdikan diri

Malu mu mahkota yang tidak perlukan singgahsana
Tapi ia berkuasa menjaga diri dan nama
Tiada siapa yang akan boleh merampasnya
Melainkan kau sendiri yang pergi menyerah diri

Ketegasan mu umpama benteng negara dan agama
Dari dirobohkan dan jua dari dibinasakannya
Wahai puteriku sayang kau bunga terpelihara
Mahligai syurga itulah tempatnya

Rabu, 07 Maret 2012

entahlah?

Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran sseorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang.

Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu.

Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.

Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi (asing) karena Sayyidah Aisyah r.a pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki.” Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan ? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.

Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….

Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu

Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah

Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.

Maka biarlah
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku

Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu


*berbagai sumber

Puisi Cinta ♥Suci Sekeping Hati♥.wmv



Sekeping hati dibawa berlari
Jauh melalui jalanan sepi
Jalan kebenaran indah terbentang
Di depan matamu para pejuang

Tapi jalan kebenaran
Tak akan selamanya sunyi
Ada ujian yang datang melanda
Ada perangkap menunggu mangsa

Akan kuatkah kaki yang melangkah
Bila disapa duri yang menanti
Akan kaburkah mata yang meratap
Pada debu yang pastikan hinggap

Mengharap senang dalam berjuang
Bagai merindu rembulan di tengah siang
Jalannya tak seindah sentuhan mata
Pangkalnya jauh hujungnya belum tiba

IN TEAM~Doa Seorang Kekasih

Minggu, 05 Februari 2012

Cinta Dalam Diam


Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang,cukup cintai ia dalam diam..
Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya..
Kau ingin memuliakan dia,dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan terlarang, Kau tidak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..
Karena diammu memuliakan kesucian diri dari hatimu..
Menghindarkan dirimu dari hal-hal yang dapat merusak izzah dan iffahmu..
Karena diammu bukti kesetiaanmu padanya,Karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yg telah ALLAH SWT pilihkan untukmu..
Karena dalam diammu tersimpan kekuatan..
Kekuatan harapan..
Hingga mungkin saja ALLAH akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata..
Bukankah ALLAH tidak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padaNYA..
Dan jika memang “Cinta dalam Diammu” itu tidak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,,Biarkan ia tetap diam..
Jika dia memang bukan milikmu,,Toh ALLAH,, melalui waktu akan menghapus “Cinta dalam Diammu” itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat..
Biarkan “Cinta dalam Diammu” itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi Rahasia antara kau dengan Sang Pemilik Hatimu..^_^

 dari http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/02/02/cinta-dalam-diam/

Sabtu, 04 Februari 2012

kisah romantis sepanjang masa, Fathimah dan Ali :')


         aku terharu membacanya, menyelami tiap butiran kata, dan tak hentinya decak kagum    bergumam, kisah cinta sejati sepanjang masa, sangat romantis karena kecintaan kepada Nya yang tetap menjaga di tiap nyata yang ada :')
Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.

”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,

”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. 

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4).
          * dari berbagai sumber