Entah
angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan
sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak
pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi
mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba
masanya. Kehadiran sseorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga
rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku
tersadar dari lenaku yang panjang.
Ibu telah mendidikku
semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah
menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu
bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga
seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau
telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup
pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu.
Aku
menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau
mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah
aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan
mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang
terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari
diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu,
tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.
Aku
palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba
merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi
(asing) karena Sayyidah Aisyah r.a pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita
ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki.” Aku tidak
ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu.
Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa
menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki
bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini
barang yang bisa dimiliki sesuka hati.
Aku juga tidak mau
menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran
terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana
akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya? Adakah itu
sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku tidak
ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan
pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah
yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi
suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah
telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?
Tidak
kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan
disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku
mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia
semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal
menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati
yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang
tulen.
Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah
saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas
menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak
berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah
dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing
kebinasaan ? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar
Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.
Kehadirannya
membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah
wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat
perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu.
Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman
hidupku kelak.
Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet
dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata
sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi
aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar
lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah
tujuan yang satu.
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi
Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman
Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk
membuat aku terpikat.
Andainya kaulah jodohku yang
tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam
hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak
diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan
itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan
melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan
seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita
kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan
seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai
andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.
Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan
meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu
rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan
atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku
sendiri. Itu impianku.
Aku pasti berendam airmata darah,
andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau
mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau
akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta
biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di
syurga….
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu
Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah
Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku
Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu
*berbagai sumber
Rabu, 07 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar