CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 05 Oktober 2013

Memahami Tugasnya Nanti

Wahai Muslimah,

Engkau yang bersuamikan seorang pemilik azzam yang kuat, mengertilah bahwa suamimu nanti kadang tidak bisa hidup seperti suami-suami pada umumnya. Yang setiap saat bisa menemanimu. Atau yang setiap waktunya adalah kesibukan dalam mencari nafkah dan kebersamaan keluarga. Semakin kuat azzam dan kejujuran mereka, maka waktu yang tersisa untuk kalian sangatlah sedikit. Sadarilah itu.

Mengertilah bahwa goncangan hatinya teramat dahsyat, merancang strategi demi strategi, sebagai kontribusi kecilnya bagi agama ini. Maka maklumilah jika senyum dan kelembutan mereka kadang tenggelam dalam kesibukan memecahkan masalah umat, atau lelahnya ia karena terforsir energinya lantaran terus-menerus melawan ketakutan, demi melawan nafsu akan cinta semunya terhadap dunia.

Wahai perempuan, para istri dari lelaki pemilik azzam yang tangguh. Suamimu ibarat besi kokoh yang tidak selamanya mampu terus membahasai kalian dengan kelembutan. Terlebih di saat kondisi umat memanas seperti saat ini, maka maafkanlah jika sumbu api pendek amarahnya kadang memercik di hati kalian. Mereka mungkin terbawa perasaan. Mereka membutuhkan waktu-waktu menyendiri untuk memfokuskan diri pada strategi yang tengah ia rancang; strategi yang dapat mengorbankan darah dan kesenangan pribadinya.

Tabahlah membersamai mereka. Sebab mereka tengah membangunkan istana surga untuk kalian. Mengertilah bahwa keromantisan itu tidak selamanya berupa sutera yang dibalut kelembutan, namun juga ada pada tajamnya nasihat yang menoreh jiwa.

Mengertilah bahwa perhatian para suami yang jujur dengan azzamnya sebenarnya adalah sisa-sisa dari seluruh energi yang telah dicurahkannya di jalan jihad. Maka jangan terlalu berharap lebih, sebab mereka ibarat dagangan-Nya yang mulia. Maka ketika mereka masih mempunyai kesempatan mencandai kalian, jangan sampai kalian terlena dengan karunia ini. Tetap bersiap siagalah jika mereka tak berpulang padamu lagi.

Jangan melulu berharap keromantisan. Berikan mereka waktu-waktu untuk menyendiri, waktu-waktu untuk berkonsentrasi membangun strategi. Tetaplah taat, ringankan beban mereka. Sebab mereka adalah manusia-manusia langit, meski kaki mereka masih berpijak di bumi. Tetaplah membersamai mereka dalam goncangan dan lika-liku kehidupannya, meski berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar